Kamis 14 agustus terlihat seperti hari yang biasanya. Masih
17 hari lagi sebelum aku memulai rutinitas sebagai seorang mahasiswa Ilmu
pemerintahan di universitas Muhammadiyah Yogyakarta. memang kampus kami
memiliki masa rehat yang lumayan panjang. mungkin dari sekian ratus lulusan
SMAN 3Kotamobagu ‘14,hanya aku saja yang masih berada di kotamobagu. Mereka
telah start lebih dulu dalam perlombaan menuju kesuksesan.
Terkadang aku
berfikir, betapa enaknya mereka bisa “start” lebih dulu dalam perlombaan mewujudkan
cita-cita. Sedangkan aku, masih terjebak dalam dunia “entah apalah namanya ini”. Di saat aku sibuk menata arah, mereka sibuk
mengatur langkah. Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri, apakah masa rehat
perkuliahan yang lebih lama adalah rezeki, atau cobaan ?. Aku selalu yakin
bahwa segala sesuatu mempunyai makna termasuk masa rehat kuliah yang lebih
panjang. dan ternyata butuh hampir sebulan agar aku dapat memaknai hal
tersebut. Terhitung semenjak aku berada dikotamobagu.
Kamis 14 Agustus, ternyata memang hari yang biasanya. atau
lebih tepatnya kamis 14 agustus, menampilkan hari-hari yang biasanya. perjalan
detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam, sangat begitu bermakna. Menit
demi menit yang kulewati menyimpan jutaan kenangan. ketika jam menunjukkan
pukul 02.00 pagi, aku teringat akan serangkaian kegiatan BTA yang aku lewati.
Pukul 02.00 pagi, adalah waktu dimana kita menikmati udara malam ditengah
halaman tempat kegiatan berlangsung. Pukul 02.00 pagi adalah waktu dimana kita
mempersiapkan diri untuk tugas mulia. Tugas yang akhirnya membentuk
kepribadianku, para sahabat dan peserta kegiatan. Suatu hal yang tak pernah terpikirikan
olehku, tetapi pada akhirnya menjadi nafasku. Waktu terus berputar, dan
akhirnya jam menunjukan pukul 06.00 pagi. Jam yang sama ketika aku mulai
mempersiapkan diri untuk pergi kesekolah ketika SMP.
06:45 pagi, aku tersenyum menatap jendela. sudah lama
rasanya aku tak melihat mentari pagi. Seingatku, aku hanya akan melihat mentari
pagi ketika aku tidak tidur. Teman-teman sekelasku, bahkan hampir seluruh
penghuni Smantiko tahu tandanya aku tidak tidur. Memang, akupun menyadari tanda
yang mereka maksud. Bukan keliatan pucat seperti pada umumnya atau mendapat
karunia mata panda melainkan dengan datang kesekolah tanpa terlambat. Kata para
guru, aku termasuk siswa nakal. Tetapi, kata para guru juga aku termasuk siswa
berprestasi. Jika berfikir secara rasional mungkin aku memang bad boy. Jika
dikatakan berprestasi, aku tak pernah mengingat prestasi apa yang pernah
kubuat. Yang hanya bisa kulakukan adalah mengkrikit.
08.00 pagi, aku menerima sebuah pesan singkat dari salah
satu sahabatku. Isi hanya satu kata. Tapi aku tau betul makna kata tersebut.
Isi pesan singkat itu adalah “Main ?”.
sebuah kenangan tak terlupakan hadir dibalik kata “main”. Yah, kenangan
ketika slogan lapangan adalah rumah kedua, sepak bola adalah bahasaku, dan lain
sebagainya yang menandakan kecintaan kepada sepak bola masih berlaku. Sekerang
semua hanya menjadi dongeng belaka. Mimpi besar sebagai seorang pesepak bola
professional kini tenggelam didalam samudra realita.
Mungkin UMY memandang
masa rehat perkuliahan tak lebih dari sekedar liburan. Tapi tidak denganku. Aku
memiliki penglihatan sendiri tentang hal ini. Bagiku, waktu rehat yang lebih
panjang membuat kita lebih rileks sehingga mampu mempersiapkan diri lebih baik.
Kita dipaksa untuk melihat berbagai macam “start” yang dilakoni oleh para
kolega. Kita diberi waktu untuk bernostalgia lebih lama dengan masa lalu kita,
agar kita paham betul bagian mana saja dari diri kita yang harus di perbaiki.
Kita semua ibarat mobil F1 yang sedang balapan. Dengan cita-cita sebagai garis
finish. Jika mobil F1 mesinnya tidak dipanaskan terlebih dahulu apa yang akan
terjadi ? meskipun mobilnya start lebih dulu tetapi jika tidak dipanaskan
dengan baik, tidak akan bertahan lama dalam race.
Kali ini kalian bisa start lebih dulu. Tapi ingat kawan.
Bukan start yang menentukan, tetapi finishnya yang menjadi tolak ukurnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar