Jumat, 15 April 2016

Kotak Biru

Hitam biru terpampang indah di jejeran sejenisnya.
Diri ini tak kuasa untuk segera merasakan nikmatnya perjalanan rasa.
Segera biru kukeluarkan dari sakuku.
Kujadikan ia sekotak hitam biru.
Dalam perjalan, khayalku melayang.
Ditinggalnya raga yang lemparkan pandang ke tanah lapang.
Dalam khayal, penikmat hitam biru terbayang.
Ia yang pernah menatap mesra
Sebatang hitam biru kini diapit dua jari.
Menanti api tuk hadirkan rasa itu kembali.

Semakin dalam kuhisap, semakin cepat rasa itu bangkitkan kenangan terdahulu.
Semakin membumbung asap, semakin harapku kian tak terkendali tuk rajut cerita lalu.
Dinginnya menthol, menjadi bumerang tersendiri.
Ia sadarkan diri tentang bekunya rasa yang dinanti "lagi".
Hangatnya kasih, tak mampu cairkan hati yang beku.
Gelapnya malam, butakan mata hati yang rapuh.
Tak terasa hampir sebungkus telah mengendap dalam paru-paru.
Bak cerita lalu yang perlahan telah menjadi debu.
Telah terasa bentrokan antara jiwa dan realita.
Sadarkan diri akan cerita lalu yang telah mengendap sepi sebagai sejarah cinta.
Apalah daya sibiru.
Dahulu membawa sejoli arungi lika liku.
Kini berjalan berteman rindu.
Berharap nanti bersatu padu.
Yang tersisa kini hanya kotak biru.
Perantara rasa bagi yang merindu.
Bahasa kasih yang tak dimengerti dunia.
Namun ampuh obati rindu pada si dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar