Minggu, 22 Maret 2015

#SaveKopiIndonesia

Anda penikmat kopi ? Apa rasanya melewati hari tanpa meminum secangkir kopi?
ya, kopi sekarang telah menjelma hampir sebagai minuman wajib untuk menemani aktivitas sehari-hari. Tidak mengenal tua-muda, lelaki-wanita bahkan waria hampir semuanya menjadikan kopi sebagai menu wajib pagi dan malam hari.  

 Kopi secarah etimologi berasal dari bahasa arab (qahwah) yang artinya kekuatan. karena pada awal ditemukannya kopi dipandang sebagai makanan berenerji tinggi karena mampu membuat seseorang terjaga dimalam hari. kata qahwah kemudian diubah menjadi kahveh yang berasal dari bahasa turki. kemudian diubah lagi menjadi koffie. kata koffie tersebut diserap menjadi bahasa indonesia menjadi kopi. 

 Sejarah historis biji kopi sendiri ditemukan secarah tidak sengaja oleh seorang penggembala bernama khalid yang berasal dari bangsa Abyssinia(sekitar 3000 tahun silam) . ia keheranan ketika mengamati kawanan kambing gembalaannya yang tetap terjaga setelah matahari terbenam ketika memakan semacam buah berry. ia pun mencoba memasak dan memakannya. kebiasaan ini berkembang dan meluas diberbagai negara di afrika. oleh bangsa galla pada masa itu, kopi digunakan untuk membantu mereka terjaga pada malam hari demi menjalankan ritual-ritual kepercayaan mereka. pengolaan kopi pada masa itu masih konvensional. barulah pada sekitaran 700 M - 1000 M Biji kopi dikenal oleh bangsa arab dan dikembang cara penyajiannya menjadi minuman kopi yang kita kenal sekarang ini. penyebaran kopi di arab pada saat itu bersamaan dengan penyebaran Islam.
Di indonesia sendiri kopi dibawah oleh belanda pada masa tanam paksa(1830-1870). kopi yang dikembangkan di indonesia adalah jenis kopi arabica yang didatangkan langsung dari yaman. 

setelah kemerdekaan banyak perkebunan kopi yang diambil alih pemerintah. pada saat sekarang ini 92% produksi kopi berada pada tangan peteni-petani kecil atau koperasi.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan produksi terbesar didunia(urutan ketiga dengan produksi mencapai 657.000 ton(data 2012) yang dilansir dari detik.com). dari hasil produksi tersebut kopi dengan kualitas no.1,2,3 diekspor keluar negeri sedangkan kualitas 4,5 beredar di cafe-cafe dan kualitas no.6 menjadi kopi-kopi sachet yang beredar dipasaran. teman barista saya pernah berkata bahwa kopi sachet yang beredar dipasaran bukanlah kopi. melainkan hanya perisa rasa. katanya bisa dicek langsung dikompisisinya. bahkan ia berkata bahwa pemilik perusahaan kopi ternama mengakui bahwa kopinya bukan kopi(ada-ada saja). sungguh memprihatinkan, sebagai salah satu negara dengan produksi kopi
 terbesar didunia kita sebagai masyarakat indonesia sendiri tidak bisa menikmati kopi kita dengan kualitas terbaik. belum lagi harga jual kopi dari petani yang sangat rendah (kisaran Rp. 3.500 - Rp. 4.000/kg) kian membuat petani kopi merana. berbeda jauh dengan harga kopi yang kita nikmati di cafe-cafe(kisaran Rp.20.000).  Pertanyaan terbesarnya pastinya mengapa bisa terjadi hal tersebut dan apakah sebagai salah satu negara dengan produksi kopi terbesar didunia petani kita benar-benar sejahtera ?
peran tengkulak dalam memainkan harga. bukan hanya kopi, bahkan beraspun demikian. saya tertawa ketika mendengar statement dari putri Indonesia 2014 ketika mengomentari harga beras yang sedang naik. "kalau kenaikan ada dampak baiknya,misalnya membantu kesejahteraan petani indonesia karna hasil panennya bisa dibeli dengan harga mahal".  karena kenaikan harga tidak pernah dirasakan langsung bagi para petani. para tengkulak sebagai agen kapitalislah yang memegang peranan dalam mengatur harga pasar. petani kopipun demikian adanya. 
harga jual kopi tidak sebanding dengan kerja keras dan biaya yang dikeluarkan oleh petani. maka tak heran petani kopi perlahan-lahan sudah mulai beralih untuk bertani bahan pokok lainnya. 
sebagai warga negara tentunya harapan terbesar kita adalah pemerintah. sekira pemerintah dapat memberikan solusi akan masalah yang dialami oleh parah petani kopi. mungkin dengan membangun koperasi bersama sehingga para petani dalam menyimpan hasil panennya dan dapat mengontrol penjualannya. pemerintahpun harusnya dapat memberikan sosialisasi paska panen. mengingat masih banyak petani kita yang masih kurang pengetahuanya akan pengelolaan paska panen.
 sebagai warga negara yang ketika terlahir langsung dibebankan pajak, harus bergantung kepada siapa lagi kalau bukan pemerintah ?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar